Senin, 09 September 2013

Happy 1st anniversary sayang :)

Diposting oleh Intang Kartika di 04.17 0 komentar
Dan "Selamat ulang tahun ya sayang"
Aku terenyuh sambil merasa heran, siapa yang ulang tahun?
Setelah pertengkaran yang tidak ada habisnya selama setahun ini, bahkan sampai hari inipun masih saja cekcok, akhirnya aku tau banyak alasan dalam hidup yang harus dipertahankan sekalipun tidak dalam bentuk hal manis. Banyak waktu berlalu, banyak moment yang terlewat tanpa kamu sembilan belas tahun kebelakang, namun rasanya terganti dengan satu tahun ini. Selamat hari jadi ya sayang, orang bilang angka sembilan itu melambangkan kesempurnaan--semoga kita berdua juga akan saling melengkapi satu sama lain, AMIN.

with love, me! :)

09-09-12.


Sabtu, 09 Maret 2013

Saat itu semua seperti berjalan semestinya.

Diposting oleh Intang Kartika di 03.52 0 komentar

Seolah tau bagaimana caranya merasakan duka, angin itu buru-buru bergegas, merangkak bersama sepi yang terjebak cakrawala. Akupun sadar bahwa tidak ada yang menang dari perpisahan ini selain air mata jatuh lalu menyeret langkahku hingga terseok seok ditepian lambaian tanganmu. Kaupun mungkin tidak akan paham sepaham aku mengerti perasaan sakit akibat perpisahan, namun aku tau jika guratan cemas dimatamu tidak akan pernah berdusta, ya aku tau jika kaupun merasa ada yang sesaat hilang dari sisimu—sesuatu yang menguap bersama mataku yang tak lagi menjamah siluet hitam rambutmu.
Kau ingat? Kemarin baru saja kukatan ‘aku kembali’ lalu kupeluk satu persatu rindu, membiarkan hujan jatuh disini, mengasingkan pertanyaan ‘kapan waktu merenggut kita lagi?’ seperti saat ini. Namun, sejauh apapun kita mengelak, Tuhan selalu tau cara agar rencananya berjalan seirama. Kau dan aku mesti membentang jarak dan inilah kenyataannya—tidak ada yang bisa aku ubah juga tidak ada yang dapat kau hentikan, semuanya mengalir dinadiku juga nadimu. Takdir sudah dilempar seperti sebuah dadu dalam permainan monopoli dan kita seperti sepasang sepatu yang tertinggal sebelah dilemari baju, hanya menunggu saat untuk bertemu lalu kembali berjalan menyusuri waktu.
Kau ingat dua pertemuan singkat selepas hujan? Kau dan aku pernah ada pada satu momen disana, merangkai hujan menjadi selimut tebal diruang tamu, menyaksikan mendung menggumpal seperti kepulan asap pada cangkir kopi kita. Saat itu semua seperti berjalan semestinya, tidak ada cela ataupun kekhawatiran akan perpisahan. Pada detik itu kita hanya sama-sama tau cara menjatuhkan rindu berbentuk domino, lalu menyusunnya kembali saat kuantar kau pulang selepas maghrib—tentu untuk bertemu secepat mungkin. Sungguh, jika saja dapat aku ucapkan beberapa doa—aku ingin bersamamu seperti ini tanpa harus mengurai perpisahan lagi.


Kamis, 07 Maret 2013

Tiba-tiba memikirkannya

Diposting oleh Intang Kartika di 20.41 0 komentar

7 Maret 2013

RS
Praktek pertama teknik pola, tiba-tiba saja jadi serius memikirkan cara membuat initial namanya—sungguh ajaib.
Sekalipun susah payah membentuk huruf ‘S’ itu supaya bisa menjadi bentuk huruf ‘S’ yang lebih gentle, yah tapi cukup puas J
Tapi kok kamu tambahan terus ya? L

20 sudah

Diposting oleh Intang Kartika di 20.39 0 komentar

5 Maret 2013

Selamat datang usia dua puluh tahun, Alhamdulillah ternyata Tuhan masih sangat baik memberi segala kesempatannya padaku hingga detik ini. Dan terimakasih untuk hadiahnya ya, itu benar-benar salah satu yang paling aku inginkan J

14 Februari 2013

Diposting oleh Intang Kartika di 20.36 0 komentar


Ini coklat pertama yang kau berikan padaku—white chocolate manis bercampur pait kacang almond. Ini valentine termanis sepanjang sembilan belas tahun usia yang telah berlalu dan juga valentine terasing karena ada kamu disisiku. Ya, ini semua benar-benar asing—kamu mungkin sudah membuat aku mengerti bagaimana cara menikmati manisnya sebuah coklat dan aku juga sudah tau bagaimana cara untuk lebih mencintaimu.

Senin, 25 Februari 2013

Cinta dan segumpal permen karet

Diposting oleh Intang Kartika di 21.50 0 komentar

Cinta itu kayak permen karet ya, kadang ga sengaja keinjek, nempel disepatu, nempel ditangan, dipipi, dibaju atau dimanapun tempat itu. Permen karet tetep permen karet, nempel, lengket dan tentu aja susah buat dilepas, dibersihin mungkin juga bakal terus ada bekasnya (persis kayak sepatu gue yang ga bisa gue cuci selama lima tahun karena noda bekas permen karet itu). Well, itu cinta menurut versi gue—permen karet!
Waktu gue smp gue pernah jatuh cinta sama satu cowo, namanya dia. Dia temen seangkatan gue, juara olimpiade matematika (kalau ga salah). Entah kenapa gue bisa suka sama cowo itu, kalau karena dia pinter—gue sama sekali gak yakin, pasalnya cowo pinter itu dimata gue sama rata kayak cowo-cowo lainnya selama dia ga punya attitude sebagus nilai matematikanya di rapot. Nah, parahnya, dia inilah sepatu gue yang ga bisa gue cuci selama lima tahun itu—sepatu dengan noda permen karet dibagian depannya—cowo pertama yang bikin gue terus berharap selama lima tahun. Dia yang sukses bikin cinta pertama gue penuh bekas noda permen karet, ironis.
Hidup gue ga berhenti sampai situ, dua tahun setelah gue lulus SMP, gue baru tau kalau dia mulai suka sama cewe. Sebenernya ini bukan hal yang mengejutkan, justru diem-diem gue seneng dalam hati sendiri—akhirnya gue punya alasan buat nyerah. Tapi, lagi-lagi entah kenapa cewe itu juga punya alasan buat bikin penderitaan ini makin sempurna— cewe itu mulai muncul dikehidupan gue, bertanya tentang ini itu dan akhirnya suatu hari cewe itu pernah nanya tentang hubungan gue sama dia dimasa lalu, masa sebelum cewe itu kenal sama dia—finally, cewe itu mukul bola tepat didepan muka gue dan gue cuma bisa pasrah ngejawab semua pertanyaan itu. Kalau diinget-inget, kenapa cewe itu ga ngebiarin gue ngelamun sendirian diteras rumah, main ujan-ujanan, mandi di shower dan setelah itu minum coklat panas sambil liatin gerimis dari kaca jendela persis kayak adegan mellow didrama korea, kenapa coba ga gitu? Setidaknya itu terlihat sedikit lebih keren dari pada gue jadi cewe pasrah yang menguak cerita terburuk dalam sejarahnya sendiri. Yah, tapi kesimpulan gue dari semua yang terjadi adalah mungkin hidup ga akan seru tanpa itu—mungkin.
Tapi pada akhirnya gue jadi temen juga sama cewe itu, sampai sekarang—sampai gue nulis ini gue masih tulus nganggep cewe itu temen gue dari temen gue dan sama-sama temen gue, alah ribet. Sudahlah, toh gue udah ninggalin cerita itu, ninggalin perasaan gue sama cowo bernama dia itu.
Sekarang, gue hidup sama orang baru, namanya Rio. Rio bisa bikin gue sepuluh kali lebih baik dari dia, mungkin karena satu kata ajaib yang kita punya, tentu aja ‘cinta’ . Ternyata memiliki seseorang yang sama-sama mencintai kita itu mampu menebus semua rasa sakit gue selama lima tahun lalu, gue punya hidup baru dan gue punya tujuan baru sekarang. Tuhan memang tau apa yang sebenernya kita butuh, kalau aja lima tahun lalu gue sama dia mungkin gue ga pernah bisa sebahagia sekarang, kalaupun bisa bahagia mungkin hanya sekedar bahagia, karena akhirnya gue tau kalau dia dan gue itu ga akan pernah bisa satu jalan, kami berbeda jauh.
Mungkin pembahasan megenai Rio bisa gue lanjutin kapan-kapan, karena masih banyak yang perlu disusun dan masih banyak part yang belum lengkap.

Selasa, 29 Januari 2013

Sebuah isyarat

Diposting oleh Intang Kartika di 00.33 0 komentar


Aku mungkin bukan sebuah isyarat yang dibawa Tuhan untuk berdampingan denganmu. Mungkin saja aku hanya selembar kertas kusam dengan tanda silang dipermukaannya, tanda bahwa batas sakral akan terlewati olehmu jika berada bersamaku. Namun, Tuhan pasti tau bagaimana perasaan-perasaan tanpa batas ini muncul diantara kita. Dia juga tidak akan berpura-pura lupa untuk alasan apa kita berdua dipertemukan, entah untuk bahagia bersama atau hanya untuk belajar bagaimana caranya memiliki dan melepaskan, ah—aku juga tidak tau mengenai rencana Tuhan yang satu itu. Hanya saja, gelas sudah terisi penuh—dan terasa sayang untuk menumpahkan airnya begitu saja.

Cinta berbeda keyakinan. Sering aku mendengar kata itu, namun tidak pernah berfikir jika itu akan terjadi padaku juga—pada kita. Terkadang, seperti ingin menyalak pada diriku sendiri, kenapa cinta malah bersentuhan denganmu? Bukan, bukan karena aku menyesal bertemu pria sepertimu, hanya saja aku menyesal pada situasi diantara kita, pada jarak dan perbedaan yang begitu besar. Ah, dan semua ini menjadi menakutkan pada akhirnya.

Aku yakin, kamu tidak akan pernah dapat melompat untukku—begitu juga aku. Pada akhirnya, untuk kesekiankali waktu mempermainkan kita kembali. Ah, Tuhan, cerita melow dramatic seperti ini aku benar-benar menderita.

Senin, 21 Januari 2013

Senja itu aku antarkan padamu

Diposting oleh Intang Kartika di 02.18 0 komentar
Senja itu aku antarkan padamu, Ri.
Seperti sebuah pertemuan pertama kita dalam cahaya mentari yang kuat
Yang membimbingku untuk jatuh cinta padamu.

Ri, di senja yang hangat ini.
Semua rindu berdecitan didepan telingaku,
Membisikan namamu.
Kiranya aku tidak pernah tau bahwa perbedaan itu akan terasa menyakitkan.
Kiranya aku baru menyadari,
Jika perbedaan bukan perkara mudah untuk kita selesaikan
berdua.

Ri, kini aku mengakui satu hal,
bahwa mencintaimu begitu membuatku lelah.
Aku lelah pada ketidakpastian masa depan,
masa depan yang mana, yang akan membawaku padamu?
Aku ragu, Ri.
Sementara perbedaan begitu kuat mendesak kita untuk saling melepaskan,
Kau tau, aku juga tau, tidak ada yang salah dari cinta.
Namun, mengapa mereka tidak pernah bisa mengerti,
bahkan sekeras apapun kita bertahan, kita tetap saja terjatuh.

Ri, saat ini katakan padaku.
Keyakinan seperti apa yang bisa aku yakini sekarang, ketika aku dan kamu,
Ketika kita tidak bisa menjadi satu kata ‘sama’ ?

Selasa, 15 Januari 2013

Adakah sedetik saja kau pernah mencintaiku?

Diposting oleh Intang Kartika di 07.43 0 komentar


Mungkin kamu tidak akan pernah faham tentang pernah sampai dimana aku memendam perasaan-perasaan aneh ini sendiri, karena jujur saja aku merasa begitu panjang waktu berlalu bersama harapan-harapan itu. Kau sendiri pasti bingung mengapa bisa ada seorang wanita sepertiku yang memegang lembut perasaannya hanya untuk menunggu kamu mengulurkan tangan hangat tanpa perlu merasa takut akan terlepas.

Ya, kamu memang ajaib. Mencintaimu membuatku tidak pernah ingin terlepas sekalipun semua itu terasa seperti melucuti satu persatu kebahagiaan dalam diriku—kau nyata membuatku menunggu, membuatku berharap pada apapun yang bisa kuharapkan—berharap pada tatapanmu yang magis, pada senyum ilusi murahan milikmu dan pada wajah semu kelabu itu. Namun, kamu tidak pernah memberi ruang untuk setitik harapan ini tumbuh disana—pada celah sempit hatimu yang telah kau isi dengan benci-benci untuk aturan sakral yang lebih penting. Kepatuhan membutakan intuisimu untuk lebih menghargai, untuk mencoba mengerti tentang bagaimana rasanya memendan cinta dari sekian jarak tanpa ada rengkuhan nyata. Namun, aku berhenti pada kata menyerah—memasrahkanmu pada angin disuatu senja yang kunamakan ikhlas dan ku eja namamu berulang ulang—tidak lain supaya kau bisa mendengarku sebelum cinta ini kubuang bersama waktu yang telah menjanjikan banyak kebahagiaan tanpamu. Pada sore itu, aku mengalah pada kenyataan.

Sekarang, aku melangkah memunguti remah-remah mimpi yang tercecer. Bukan, ini bukan mimpi tentang kita atau tentang kamu—ini mimpi tentang hidupku bersama kamu yang baru yang hatinya adalah milikku. Namun, terkadang kenangan datang saat aku mendengar namamu—lalu pertanyaan itu berkelebatan lagi dalam diriku, adakah sedetik saja kau pernah mencintaiku?
 

Intang Kartika Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei