Senin, 25 Februari 2013

Cinta dan segumpal permen karet

Diposting oleh Intang Kartika di 21.50 0 komentar

Cinta itu kayak permen karet ya, kadang ga sengaja keinjek, nempel disepatu, nempel ditangan, dipipi, dibaju atau dimanapun tempat itu. Permen karet tetep permen karet, nempel, lengket dan tentu aja susah buat dilepas, dibersihin mungkin juga bakal terus ada bekasnya (persis kayak sepatu gue yang ga bisa gue cuci selama lima tahun karena noda bekas permen karet itu). Well, itu cinta menurut versi gue—permen karet!
Waktu gue smp gue pernah jatuh cinta sama satu cowo, namanya dia. Dia temen seangkatan gue, juara olimpiade matematika (kalau ga salah). Entah kenapa gue bisa suka sama cowo itu, kalau karena dia pinter—gue sama sekali gak yakin, pasalnya cowo pinter itu dimata gue sama rata kayak cowo-cowo lainnya selama dia ga punya attitude sebagus nilai matematikanya di rapot. Nah, parahnya, dia inilah sepatu gue yang ga bisa gue cuci selama lima tahun itu—sepatu dengan noda permen karet dibagian depannya—cowo pertama yang bikin gue terus berharap selama lima tahun. Dia yang sukses bikin cinta pertama gue penuh bekas noda permen karet, ironis.
Hidup gue ga berhenti sampai situ, dua tahun setelah gue lulus SMP, gue baru tau kalau dia mulai suka sama cewe. Sebenernya ini bukan hal yang mengejutkan, justru diem-diem gue seneng dalam hati sendiri—akhirnya gue punya alasan buat nyerah. Tapi, lagi-lagi entah kenapa cewe itu juga punya alasan buat bikin penderitaan ini makin sempurna— cewe itu mulai muncul dikehidupan gue, bertanya tentang ini itu dan akhirnya suatu hari cewe itu pernah nanya tentang hubungan gue sama dia dimasa lalu, masa sebelum cewe itu kenal sama dia—finally, cewe itu mukul bola tepat didepan muka gue dan gue cuma bisa pasrah ngejawab semua pertanyaan itu. Kalau diinget-inget, kenapa cewe itu ga ngebiarin gue ngelamun sendirian diteras rumah, main ujan-ujanan, mandi di shower dan setelah itu minum coklat panas sambil liatin gerimis dari kaca jendela persis kayak adegan mellow didrama korea, kenapa coba ga gitu? Setidaknya itu terlihat sedikit lebih keren dari pada gue jadi cewe pasrah yang menguak cerita terburuk dalam sejarahnya sendiri. Yah, tapi kesimpulan gue dari semua yang terjadi adalah mungkin hidup ga akan seru tanpa itu—mungkin.
Tapi pada akhirnya gue jadi temen juga sama cewe itu, sampai sekarang—sampai gue nulis ini gue masih tulus nganggep cewe itu temen gue dari temen gue dan sama-sama temen gue, alah ribet. Sudahlah, toh gue udah ninggalin cerita itu, ninggalin perasaan gue sama cowo bernama dia itu.
Sekarang, gue hidup sama orang baru, namanya Rio. Rio bisa bikin gue sepuluh kali lebih baik dari dia, mungkin karena satu kata ajaib yang kita punya, tentu aja ‘cinta’ . Ternyata memiliki seseorang yang sama-sama mencintai kita itu mampu menebus semua rasa sakit gue selama lima tahun lalu, gue punya hidup baru dan gue punya tujuan baru sekarang. Tuhan memang tau apa yang sebenernya kita butuh, kalau aja lima tahun lalu gue sama dia mungkin gue ga pernah bisa sebahagia sekarang, kalaupun bisa bahagia mungkin hanya sekedar bahagia, karena akhirnya gue tau kalau dia dan gue itu ga akan pernah bisa satu jalan, kami berbeda jauh.
Mungkin pembahasan megenai Rio bisa gue lanjutin kapan-kapan, karena masih banyak yang perlu disusun dan masih banyak part yang belum lengkap.
 

Intang Kartika Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei