Minggu, 19 Februari 2012

Surat Cinta untuk Kim Jae Joong 3

Diposting oleh Intang Kartika di 01.36

Cerita dibalik surat cinta untuk Kim Jae Joong.
Diambil dari sudut pandang Sonia Amandani Sukatma.

PENTING: Ini bukan sebuah surat, hanya narasi pendek untuk memperjelas endingnya.
selamat membaca :)
(peluk)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

19 Februari 2012

Aku baru saja selesai menulis surat untuk Kim Jae Joong ketika aku mendengar ponselku bergetar, sebuah suara khas milik pria itu menggema setelahnya. Dengan segenap perasaan malas, aku beringsut dari tempatku dan membaca sms yang masuk. Aku tersenyum, itu sms dari Nayani—sahabatku. Dia menjelaskan bahwa seminggu lagi dia akan menggelar resepsi pernikahannya dengan Lee Taemin, ah—aku iri melihat pasangan yang akan berbahagia itu. Kim Jae Joong, dia bahkan sama sekali tidak menanggapi satupun suratku. Sebenarnya, pria itu dimana?
Semilir angin menemaniku menyesap teh hangat, juga menatap cakrawala yang merona jingga. Setiap senja tiba, aku selalu merasakan perasaan ini—perasaan sedih yang teramat sering membelenggu karena Jae Joong tidak ada disisiku. Padahal baru seminggu aku di Jakarta, baru seminggu pula aku menunggu janjinya, namun aku sudah sekacau ini. Aku fikir memang tidak ada lagi hal yang paling membahagiakan selain ada disisi Jae Joong, karena pria itu memiliki hal yang bisa membuatku selalu merasa baik.
Aku merindukan pria itu. Semua yang dilakukannya terlihat begitu sulit dilupakan, cara dia tersenyum, berjalan, melakukan hal-hal spele yang khas—seperti ketika dia merapikan rambutnya dengan bercermin dimataku, atau ketika dia melakukan pemanasan sebelum menyentuh tuts pianonya. Hal-hal seperti itulah yang justru sering membuatku merindukannya, aku merindukan Kim Jae Joong-ku—Jae Joong milikku.
Setitik bulir bening mengalir dari mataku, rasa pahit menjelajah—rasa yang begitu sering aku terima. Sinar mentari semakin kabur, langit menggelap dan aku memaksakan diriku untuk bergerak menuju tempat tidur. Namun, ketika aku baru saja hendak menaiki anak tangga yang tingginya tidak seberapa itu, pintu apartemenku diketuk—berulang ulang. Jariku gemetar memegang hendle pintu, ku tarik perlahan dan seorang pria tersenyum dengan senyumnya yang biasa.
“Dengan nona Sonia?” Ucap pria bermata sipit itu.
“Ya?”
“Ada kiriman paket, ini paketnya dan silahkan tanda tangan disini.” Dia menyimpan kotak besar itu didepan pintu sementara aku mencoret secarik kertas berwarna kuning yang diberikannya. “Terimakasih, selamat sore.” Pria itu berlalu.
Aku terpekur menatap kotak besar yang kini sudah berpindah ke atas meja tamu, sebuah kotak besar yang dikirim dari Korea—dari kediaman Kim Jae Joong. Antara  takut campur bahagia, aku mulai melucuti pita cantik yang menjadi penghalang satu-satunya untuk dapat melihat isi dari kotak tersebut. Hatiku melonjak, kertas-kertas berserakan disana, kertas itu tidak lain adalah—surat-suratku untuk Jae Joong.
Aku menguatkan hatiku, sementara tangis adalah sesuatu yang tidak bisa aku tahan. Aku memungut salah satu kertas berwarna paling terang dari sana, itu adalah surat balasan dari Kim Jae Joong.
Dia menulis sangat singkat, padahal harusnya dia menulis sejumlah surat yang sama dengan yang ku kirimkan.

Dear, Sonia-ku.

Kau tau apa artinya ini?
Ya! Jangan menangis dan jangan merasa telah aku sia-siakan. Dengarkan dulu penjelasanku.
Sonia yang hatinya selalu milikku, apa kau tau jika hatiku juga sama? Jika kau mempertanyakan kenapa aku mengirim semua surat-surat ini kembali padamu, jawabannya hanya satu.
Aku tidak membutuhkan semua surat-surat cinta menyakitkan darimu. Kau harusnya tau, jika aku lebih merindukanmu dari yang pernah kau ketahui. Jadi, jangan tambahkan bebanku dengan cara seperti ini.
Sonia yang cintanya akan selalu menjadi milikku, yang aku butuhkan hanya satu—yaitu kau ada disini, mendampingiku, menjadi seseorang yang akan selalu ku dekap dikala malam, menjadi kekasih ku untuk selamanya dan menjadi ibu untuk anak-anak ku nanti. Menikahlah denganku, dan jangan tanyakan lagi soal perbedaan diantara kita—itu sudah aku hapuskan, percayalah.
Di kotak itu, ada beberapa kebahagiaan yang aku bawa untukmu. Carilah dan segeralah menjadi milikku.

Sekarang ku kembalikan lagi perkataanmu tempo hari. Aku menunggumu, Sonia.


Wajahku merona merah, ku seka air mata yang sedari tadi membanjiri pipiku. Seluruh isi kotak itu nyaris keluar, lalu mataku menemukan sesuatu didasarnya. Sebuah kotak mungil bertengger dengan anggun—isinya adalah sepasang cincin.
Aku tersenyum lega.
Kau fikir adakah hal yang lebih menggembirakan selain semua ini? Ya! Kim Jae Joong, aku akan segera berada disana. Tunggu aku.


Subang, 19 Februari 2012

0 komentar:

Posting Komentar

 

Intang Kartika Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei