Tidak ada yang benar-benar tau, Kenapa—aku masih tetap memandangmu. Kenapa—aku masih mengatakan bahwa 'aku mencintaimu'. Kenapa—aku masih ragu untuk tidak mengingat wajahmu setiap hari. Memang tidak ada yang pernah tau, kenapa aku.
Rasanya sulit untuk menghapuskan kebiasaan-kebiasaan kecil ketika aku mencintaimu, sesulit aku pernah paham bagaimana rasanya menahan sakit saat kau berkata, "Aku akan menikah, berkati aku."
Kau tau? Aku tidak pernah benar-benar tersenyum ketika kau mengatakan hal itu—tidak akan pernah bisa. Bagaimanapun, hal terbaik yang kuharapkan adalah kau mencintaiku—bukan mencintainya, yang kuharapkan adalah kau merindukanku—bukan merindukannya, lalu harusnya kau menikahiku—bukan dirinya.
Dan semua ini seperti ngeri yang ku bawa lari, bayanganmu adalah jelaga yang tersisa—memuakkan!
0 komentar:
Posting Komentar